Surat Terbuka Habibah Juniarti Iskandar Untuk Bapak Kapolri

Surat Terbuka Habibah Juniarti Iskandar Untuk Bapak Kapolri,

Surat Terbuka Habibah

Bismillahirohmanirohim Assalamualaikum wr wb

Yang terhormat Bapak Tito Karnavian selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesi ke 23

Sebelumnya saya selaku putri daerah Palembang, menghaturkan selamat atas jabatan yang bapak peroleh, selamat atas torehan-torehan prestasi yang telah bapak peroleh selama menjalakan tugas.

Saya patut bangga putra daerah Palembang seperti bapak menjadi sosok nasional di Indonesia, yang dapat mengharumkan nama baik kota Sriwijaya, kota dimana kita dilahirkan dan dibesarkan

Sebelumnya perkenalkan, saya putri daerah palembang asli kota lahat yang kini tengah merantau di Ibu Kota Jakarta, saya lahir dan dibesarkan bahkan berkuliah di Bumi Sriwijaya, mendapat didikan kental khas orang sumatera selatan

Saya kini hijrah ke ibukota dalam rangka berjuang bersama suami, bahkan Alhamdulillah kini kami telah memiliki KK dan KTP asli Jakarta, sehingga selayaknya pula kami peduli dengan kota yang (katanya) tengah banyak dirundung duka dan masalah ini

Saya mengikuti berita-berita bapak di TV, Koran bahkan social media, ekspektasi saya semakin tinggi tatkala bapak mampu menangani kasus yang tengah banyak diperdebatkan di Jakarta bahkan Indonesia tentang bagaimana kisruh Pak Ahok yang menistakan Agama islam, iya pak agama kita, agama mayoritas penduduk Indonesia.

Terimakasih telah menetapkan beliau sebagai tersangka, kami akan ikuti dan doakan agar kasus ini terus bergulir hingga tersangka dapat di tahan dan dipenjara layaknya tersangka-tersangka yang bapak dan kepolisian tetapkan untuk kasus kebanyakan, bahkan kasus serupa seperti penghinaan perorangan, penghinaan agama lain, terlebih ini kasus penghinaan terhadap Agama yang bapak sandang sendiri.

Mari sama-sama berpikir secara bijak pak, bila hanya satu atau dua yang menasehati dan turun aksi bisa jadi mereka tak layak di dengar, tapi bila sudah ramai yang menasehati bahkan jutaan yang aksi serta ulama dan kiayi membersamai, tak mungkin jutaan rasa semua salah, seolah semua tak bernilai.

***
Saya juga salah satu peserta aksi jilid II bersama suami, saya sedikit cerita pak, awalnya saya hanya mau menghantrakan suami ke Masjid Istiqlal, namun melihat heroic dan gemaan takbir para umat islam dalam membela AL Quran dan Agama, hati ini rasanya berontak ingin ikut serta, bahkan dalam kondisi hamil 5 bulan sekalipun, karna saya tahu saya mungkin belum teramat baik, maka saya mencari saksi kelak di akhirat menegaskan dimana barisan saya ketika Agama dihinakan.

Percayalah tak ada masa aksi yang anarki apalagi dibayari dan di tunganggi kepentingan politik seperti beberapa ucapan yang dilontarkan beberapa oknum yang mungkin resah dan tak bertanggungjawab.

Mengabaikan satu demi kepentingan jutaan itu masuk akal dan terkesan sangat logis, namun seolah membela satu orang lalu mengancam dan mengecam jutaan itu sangat teramat sadis.

Kini kembali kita dengar tudingan bahwa bapak melarang aksi jilid III #BelaQuran dan mengancam membubarkan sholat jumat yang akan dilkukan 2 Desember nanti di bundaran HI, beralasan akan menganggu pengendara, jika alasan sesimpel itu bagaimana dengan car free day dan tahun baru? Yang juga jelas menutup akses jalan pengendara?

Tuntutan kaum muslim simple saja pak, yang bersalah dihukum, yang menista di penjara, tak perlu dikaitkan dengan politik yang kebanyakan umat mungkin tak tertarik,

bahkan yang lebih aneh adalah adanya tudingaan akan dilakukannya makar, sementara yang jelas menganggu kedamaian disikapi biasa saja, menuduh para kaum muslim yang akan berbuat makar hanya karena bersebrangan dengan penguasa sungguh bukan sikap yang bijaksana,

sungguh seperti pribahasa Palembang layaknya Menanggok Di Banyu Butek ( Menangguk air di air keruh )
Bila memang rusuh yang dicari, mungkin dari dulu sudah di dapati, tapi bersyukur sekali para muslim Indonesia menunjukan jati diri bahwa mereka hanya minta penista di adili, tak lebih.

Jangan sampai pribahasa kota sriwijaya terjadi Membaso Muko dengan Banyu ludah ( Berusaha memperbaiki kesalahan dengan perbuatan yang justru menambah kesalahan lagi )

Jabatan sementara pak, bahkan umur juga sementara, selayaknyalah melakukan terbaik tatkala amanah diberikan Allah, saya percaya jabatan yang tengah bapak sandang juga karna Allah, dan lebih menyejukan jika Allah Ridho terhadap jabatan yang tengah bapak sandang, jangan sampai Sakit Menimpo Nyesel Terlambat ( Sakit menimpa, sesal terlambat )

Terimakasih untuk semuanya pak, saya doakan agar bapak dan keluarga serta pihak kepolisian dalam keadaan sehat waal fiat, tetap terjaga kondisi fisik dan rohani agar dapat berpikir jernih terhadap apa yang terjadi.

Sebab perjuangan ini takan terhenti sebelum mendapat keadilan, bukan keadilan versi negoisasi para kapitalis pemilik modal, tapi sebenar keadilan harus ditegakan.

Belajarlah dari ibu-ibu di dapur pak, jika kebakaran terjadi maka yang dipadamkan adalah apinya, bukan malah menyalahkan peneriak kebakaran apalagi tungang langgung mengumpulkan asap agar tak keluar rumah

Mungkin jika bapak mulai jenuh bahkan lelah, kita bisa bercengkrama bersama keluarga, sembari menikmati pempek dan cukonya di bumi sriwijaya ^^

Wassalamualaikum wr wb
Habibah Juniarti Iskandar
Ibu Hamil yang tengah menanti kelahiran bayi dan keadilan negeri ^_^
#IRTProduktif
telegram.me/irtproduktif

Tags:
close